SUKSESI
Ade
Puji Setyawati1
1
Mahasiswa Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta
Jl.
Ir. H. Juanda No. 95 Ciputat Telp 021-7401925 Fax 021-7402982
ABSTRACT
The process of change in the community that goes toward one direction
on a regular basis is called succession. Succession occurs as a result of the
modification of the physical environment in the community or ecosystem.
Succession process ends with a community or ecosystem is called a climax.
Succession is conducted in this study of secondary succession by burning and
clearing treatment. Succession conducted in dry habitats (soil), which is
housed at Clover Estates 2, Chester South Tangerang which lasted for 4 weeks.
The purpose of this time was a student lab can perform field stimulation
secondary succession, knowing the process of secondary succession in
terrestrial ecosystems, and the physical and chemical factors determine the
species diversity of the processes before and after secondary succession in
terrestrial ecosystems. The results obtained show that the diversity of plants
prior to the succession and post-succession occurred decreased. The number of
plants that dominate in every week is kind of a family primulaceae and
euphorbiceae to increase the number of individuals at week 0 to week 4 ranged
between 4-74 individuals. While the low number of plants which are numbered 1-2
family Palmaceae individuals in the plot.
Keywords: secondary succession, species
diversity, plant species, physical chemistry
ABSTRAK
Proses
perubahan dalam komunitas yang berlangsung menuju ke satu arah secara teratur
disebut suksesi. Suksesi terjadi sebagai akibat dari modifikasi lingkungan
fisik dalam komunitas atau ekosistem. Proses suksesi berakhir dengan sebuah
komunitas atau ekosistem yang disebut klimaks. Suksesi yang dilakukan pada
penelitian ini berupa suksesi sekunder dengan perlakuan pembakaran dan
pembabatan. Suksesi yang dilakukan pada habitat kering (tanah), yang bertempat
di Perkebunan Semanggi 2, Ciputat Tangerang Selatan yang berlangsung selama 4
minggu. Tujuan praktikum kali ini adalah mahasiswa dapat melakukan stimulasi
lapangan suksesi sekunder, mengetahui proses suksesi sekunder dalam ekosistem
terestrial, dan mengetahui faktor kimia fisik dan keanekaragaman spesies dari
proses sebelum dan sesudah suksesi sekunder dalam ekosistem terestrial. Hasil
yang didapatkan menunjukkan bahwa keanekaragaman jenis tumbuhan sebelum terjadi suksesi dan sesudah terjadi suksesi mengalami
penurunan. Jumlah tumbuhan yang mendominasi pada setiap minggu adalah
jenis dari famili primulaceae dan euphorbiceae dengan
mengalami peningkatan jumlah individu pada minggu ke-0 sampai minggu ke-4 yaitu
berkisar antara 4-74 individu. Sedangkan jumlah tumbuhan yang rendah adalah
famili Palmaceae berjumlah 1-2
individu dalam plot.
Kata kunci : suksesi sekunder,
keanekaragaman jenis, jenis tumbuhan, kimia fisik
PENDAHULUAN
Proses perubahan dalam komunitas yang berlangsung
menuju ke satu arah secara teratur disebut suksesi. Suksesi terjadi sebagai
akibat dari modifikasi lingkungan fisik dalam komunitas atau ekosistem. Proses
suksesi berakhir dengan sebuah komunitas atau ekosistem yang disebut klimaks. Bila suatu komunitas telah mencapai klimaks,
perubahan yang searah tidak terjadi lagi (Resosoedarmo,1990). Menurut Marsono (1977) suksesi ekologi adalah suatu
proses perubahan komponen-komponen spesies suatu komunitas selama selang waktu
tertentu. Menyusul adanya sebuah gangguan, suatu ekosistem biasanya akan
berkembang dari mulai tingkat organisasi sederhana (misalnya beberapa spesies
dominan) hingga ke komunitas yang lebih kompleks (banyak spesies yang
interdependen) selama beberapa generasi (Odum, 1992).
Menurut Indrawan (2000) mendefinisikan suksesi
sebagai perubahan tahap demi tahap yang terjadi dalam vegetasi pada suatu
kecendrungan daerah pada permukaan bumi dari suatu populasi berganti dengan
yang lain. Clements (1936) membedakan enam sub-komponen proses suskesi yang
dialami suatu komunitas hutan terjadi melalui beberapa tahap, antara lain :
a. Nudation,
yaitu terbukanya areal baru,
b. Migration,
yaitu sampai dan tersebarnya biji di areal terbuka tersebut,
c. Excersis,
yaitu proses perkecambahan, pertumbuhan dan perkembanganbiakan tumbuhan baru
d. Competition,
yaitu proses yang mengakibatkan pergantian jenis-jenis tumbuhan,
e. Reaction,
yakni adanya perubahan habitat karena aktivitas jenis-jenis baru,
f. Climax,
yaitu tingkat kestabilan komunitas
Suksesi sebagai suatu studi orientasi
yang memperhatikan semua perubahan dalam vegetasi yang terjadi pada habitat sama
dalam suatu perjalanan waktu. Berdasarkan kondisi habitat pada awal proses
suksesi, suksesi dibedakan menjadi dua macam yaitu suksesi primer dan suksesi
sekunder.
Suksesi primer yang terjadi bila pada
suatu keadaan dimana didalam tanah tidak terdapat cikal bakal kehidupan baik
tumbuhan maupun hewan akibat adanya gangguan seperti vulkano yang membentuk
daratan baru. Pada habitat tersebut tidak ada lagi organisme dan komunitas asal
yang tertinggal sehingga pada substrat yang baru ini akan berkembang suatu
komunitas yang baru pula (Finnegan, 1996).
Sedangkan suksesi sekunder terjadi bila pada
habitat yang pernah ditumbuhi vegetasi kemudian mengalami gangguan seperti
kebakaran, penebangan, dan pembukaan lahan tetapi gangguan tersebut tidak
merusak total organisme sehingga dalam komunitas tersebut, substrat lama dan
kehidupan masih ada. Perbedaan suksesi sekunder dan primer terletak pada
kondisi habitat awal. Proses kerusakan komunitas disebut denudasi. Denudasi dapat disebabkan oleh api, pengolahan,
angin kencang, hujan, gelombang laut dan penebangan hutan (Hamzah, 1979). Manfaat dari praktikum suksesi ini adalah untuk
mengetahui perlakuan yang mengakibatkan terjadinya suksesi baik dari tumbuhan
yang dibakar dan dibabat sehingga kita dapat mengurangi perilaku yang
menimbulkan kerusakan vegetasi karena pada tahapan suksesi yang memerlukan
waktu yang cukup lama untuk mencapai klimaks. Pemahaman
proses suksesi juga penting dipelajari supaya manusia dapat melestarikan dan
memulihkan daerah yang terganggu oleh aktivitas manusia.
Bahkan, upaya konservasi
sangat bergantung pada konsep dan teori yang berkaitan dengan suksesi ekologi. Tujuan
praktikum kali ini adalah mahasiswa dapat melakukan stimulasi lapangan suksesi
sekunder, mengetahui proses suksesi sekunder dalam ekosistem terestrial, dan
mengetahui faktor kimia fisik dan keanekaragaman spesies dari proses sebelum
dan sesudah suksesi sekunder dalam ekosistem terestrial.
METODE PRAKTIKUM
Praktikum
ini dilakukan pada hari selasa, 9 Mei sampai 6 Juni 2014 pukul 13.00 – 16.00 WIB di Semanggi 2 Ciputat Tangerang
Selatan dan analisis data dilakukan di Pusat Laboratorium Terpadu UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Pengamatan dilakukan setiap minggu sampai minggu ke-4,
yang dibagi lima titik plot dengan plot 1-3 dengan perlakuan tumbuhannya
dibabat (semai diambil sampai akarnya) dan pada plot 4-5 di bakar.
Alat-alat
yang digunakan pada praktikum mengenai suksesi adalah tali rafia, buku
identifikasi, plastik sampel, cangkul, patok, pisau/ gunting,
label, sekop, korek api, pH meter, termometer tanah, soil tester, lux meter,
anemometer dan thermometer udara. Bahan yang digunakan tumbuhan dan yang ada pada plot dan
serasah kering.
Pada
praktikum kali ini menggunakan metode kuadrat dengan dibuat petak berbentuk
persegi pada lokasi yang telah ditentukan dengan memiliki tingkat kepadatan
vegetasi yang tinggi. Adapun ukuran masing-masing plot 1 x 1 m2 semi
permanen, kemudian dicatat kondisi kimia fisik lingkungan (kelembaban
tanah, kecepatan angin, suhu tanah, pH dan intensitas
cahaya) dan jumlah spesies serta individu tanaman yang ada dalam plot. Plot 1-3
diberi perlakuan tumbuhan dibabat dan 4-5 di bakar sampai habis. Lalu diamati
setiap minggu selama 4 minggu, kemudian catat jumlah individu dan spesies yang
muncul setiap minggunya.
Analisis Data
Analisis data yang digunakan untuk menghitung indeks
Keanekaragaman jenis dengan menggunakan Indeks Shannon-Wiener (H’) dengan rumus
sebagai berikut :
Keterangan : H’
= Indeks Shannon wiener
pi
= Kelimpahan Jenis
Dengan kriteria:
1.
H′ < 1 keanekaragaman jenis yang rendah
pada suatu kawasan.
2.
1 H′ 3 keanekaragaman jenis sedang pada suatu
kawasan.
3.
H′ > 3 keanekaragaman jenis yang
tinggi pada suatu kawasan.
HASIL
PRAKTIKUM
Hasil pada
praktikum didapat data pengukuran indeks keanekaragaman jenis pada suksesi di
ekosistem kebun pada lokasi semanggi 2 ciputat dengan perlakuan dibabat pada
kelompok 3 dan dibakar pada kelompok 4 dengan interval pengamatan yang dilakukan
setiap 1 minggu selama 4 minggu dapat dilihat dengan gambar yang disajikan
berikut ini :
Gambar 1. Keanekaragaman jenis tumbuhan perlakuan dibabat
dan dibakar
Berdasarkan gambar 1. Keanekaragaman
jenis tumbuhan pada perlakuan yang dibabat pada minggu minggu ke-0 diperoleh
nilai H’ sebesar 0,4729, keanekaragaman jenis pada
minggu ke-1 sebesar 0,3558, pada minggu ke-2 sebesar 0,3715, pada minggu ke-3
diperoleh nilai H’ sebesar 0,3623 dan pada minggu ke-4 sebesar 0,3725.
Menunjukkan
bahwa nilai H′ pada perlakuan dibabat dari minggu ke 0 – minggu ke 4 dimana
keanekaragaman jenis tumbuhan tergolong rendah, dimana keanekaragaman jenis
dimana nilai H′ < 1. Keanekaragaman
jenis tumbuhan pada perlakuan yang dibakar pada minggu minggu ke-0 diperoleh
nilai H’ sebesar 0,7188, keanekaragaman jenis pada
minggu ke-2 sebesar 0,3414, pada minggu ke-1 sebesar 0,3518, pada minggu ke-3
diperoleh nilai H’ sebesar 0,3621 dan pada minggu ke-4 sebesar 0,3545, pada
perlakuan dibakar ini menunjukkan nilai yang juga tergolong rendah dimana H′
< 1.
Data
hasil perhitungan terhadap banyaknya
jumlah jenis
tumbuhan pada setiap
minggunya dari hasil suksesi sekunder dengan perlakuan pembakaran dan perlakuan pembabatan, disajikan dalam bentuk grafik berikut ini:
Gambar 2. Penambahan Jenis
Tumbuhan setiap minggu perlakuan dibabat dan dibakar
Berdasarkan gambar 2. Penambahan
jenis tumbuhan yang muncul selama proses suksesi sekunder pada tumbuahan dengan
perlakuan yang dibabat dan dibakar jenis tumbuhannya mengalami peningkatan
jumlah. Namun, jenis tumbuhannya berkurang dari 8 jenis pada minggu ke-0 yaitu
famili primulaceae, poaceae, aracaceae, solanaceae, euphorbiceae, rubiaceae,
palmaceae dan acanthaceae menjadi 5 jenis pada minggu ke-2 sampai minggu ke-4 yaitu
dari famili primulaceae, aracaceae, euphorbiceae, acanthaceae, dan palmaceae.
PEMBAHASAN
Hasil
praktikum proses terjadinya suksesi di ekosistem kebun pada lokasi semanggi 2
ciputat dengan perlakuan dibabat dan dibakar selama 4 minggu dengan interval
pengamatan setiap 1 minggu. Suksesi tersebut dapat dikatakan sebagai suksesi
sekunder karena sebelumnya sudah terdapat komunitas yang kemudian terjadi
gangguan yaitu gangguan yang disebabkan vegetasi dibabat dan dibakar. Hal ini
sesuai dengan pernyataan Resosoedarmo,
(1990) Suksesi sekunder terjadi dalam cara yang
persis sama seperti suksesi primer, hanya saja suksesi sekunder dimulai dari
komunitas yang sebagian terganggu.
Komunitas yang sebagian
terganggu seperti api, banjir, atau epidemi serangga dan
diganti oleh yang lain pulih lebih cepat dari
komunitas benar-benar hancur sama sekali karena proses kolonisasi dapat terjadi
dari jarak dan waktu yang singkat. Apabila lahan itu dibiarkan cukup
lama, dalam komunitas yang terbentuk dari waktu ke waktu akan terjadi
pergantian komposisi jenis
(Hartman dan
McCarthy, 2008).
Hasil pada gambar 1. perlakuan
dibabat dan dibakar diperoleh nilai keanekaragaman jenis yang muncul setiap
minggunya. Nilai keanekaragaman jenis pada perlakuan dibabat pada minggu minggu
ke-0 diperoleh nilai H’ sebesar 0,4729,
keanekaragaman jenis pada minggu ke-1 sebesar 0,3558, pada minggu ke-2 sebesar
0,3715, pada minggu ke-3 diperoleh nilai H’ sebesar 0,3623 dan pada minggu ke-4
sebesar 0,3725. Hal tersebut
menunjukkan
bahwa nilai H′ pada perlakuan dibabat dari minggu ke 0 – minggu ke 4 dimana
keanekaragaman jenis tumbuhan tergolong rendah, dimana keanekaragaman jenis
dimana nilai H′ < 1 dan keanekaragaman jenis tumbuhan sebelum terjadi
suksesi dan sesudah terjadi suksesi mengalami penurunan dari 0.4729 pada minggu ke-0
menjadi sebesar 0,3725 pada minggu ke-4.
Hal ini sesuai teori
yang menyatakan bahwa Laju pertumbuhan populasi dan komposisi
spesies berlangsung dengan cepat pada fase awal suksesi, kemudian menurun pada
perkembangan berikutnya. Kondisi yang membatasi laju pertumbuhan populasi dan
komposisi spesies pada tahap berikutnya adalah faktor lingkungan yang kurang
cocok untuk mendukung kelangsungan hidup permudaan jenis-jenis tertentu (Marsono,
1977). Sedangkan
pada perlakuan yang dibakar pada minggu
minggu ke-0 diperoleh nilai H’ sebesar 0,7188,
keanekaragaman jenis pada minggu ke-2 sebesar 0,3414, pada minggu ke-1 sebesar
0,3518, pada minggu ke-3 diperoleh nilai H’ sebesar 0,3621 dan pada minggu ke-4
sebesar 0,3545, pada perlakuan dibakar ini menunjukkan nilai yang juga
tergolong rendah dimana H′ < 1 dan keanekaragaman jenis tumbuhan sebelum terjadi
suksesi dan sesudah terjadi suksesi mengalami penurunan dari 0,7188 pada minggu ke-0
menjadi sebesar 0,3545 pada minggu ke-4.
Menurut
Clementh (1936) paska kebakaran tumbuhan pionir yang mengkolonisasi suatu lahan
pada awal suksesi alami mempengaruhi lingkungannya setelah terjadi kebakaran,
sehingga menciptakan kondisi ruang yang tidak menguntungkan bagi jenis-jenis
pionir tersebut, tetapi menguntungkan bagi jenis tumbuhan baru, dimana tumbuhan
baru ini akan beradaptasi dan akan berkompetisi dengan tumbuhan lainnya hingga
tumbuhan baru tersebut eksis dan mendominansi lahan tersebut. Berdasarkan gambar 2. Penambahan jenis tumbuhan
yang muncul selama proses suksesi sekunder pada tumbuahan dengan perlakuan yang
dibabat dan dibakar jenis tumbuhannya mengalami peningkatan jumlah. Namun,
jenis tumbuhannya berkurang dari 8 jenis menjadi 5 jenis pada minggu ke-0 yaitu
famili primulaceae, poaceae, aracaceae, solanaceae, euphorbiceae, rubiaceae,
palmaceae dan acanthaceae menjadi pada minggu ke-2 sampai minggu ke-4 yaitu
dari famili primulaceae, aracaceae, euphorbiceae, acanthaceae, dan palmaceae.
Hal tersebut dikarenakan faktor kimia fisik yang
tidak mendukung jenis tumbuhan tertentu selama proses suksesi berlangsung. Hasil
pengukuran faktor kimia fisk didapat bahwa suhu udara pada perlakuan dibabat
dan dibakar sama yaitu 320C dan suhu tanah masing-masing 290C
serta pH 6. Menunjukan bahwa suhu udara dan tanah cukup tinggi yang dapat
mempengaruhi proses suksesi dan kadar derajat keasaman yang rendah sangat
mempengaruhi jenis tumbuhan yang dapat hidup.
Hal ini diperkuat dengan
pendapat menurut Indrawan, (2000), proses suksesi sangat terkait dengan faktor lingkungan, seperti letak lintang, iklim, dan tanah. Lingkungan sangat
menentukan pembentukkan struktur komunitas klimaks. Misalnya, jika proses
suksesi berlangsung di daerah beriklim kering, maka proses suksesi akan terhenti (klimaks) pada tahap komunitas rumput, dan jika proses suksesi berlangsung pada daerah yang beriklim dingin dan basah, maka
proses suksesi akan terhenti pada komunitas (hutan) conifer, serta jika
berlangsung di daerah beriklim hangat dan basah, maka kegiatan yang sama akan
terhenti pada hutan hujan tropic (Odum, 1992).
Proses suksesi sangat
beragam, tergantung kondisi lingkungan. Proses suksesi pada daerah yang hangat,
lembab, dan subur dapat berlangsung selama seratus tahun. Oleh karena itu
kenaikan dan penurunan keanekaragaman jenis tumbuhan, kemungkinan juga
disebabkan oleh faktor kimia dan fisik pada daerah tersebut. Seperti intensitas
cahaya, suhu, kecepatan angin, kelembaban tanah, pH tanah dan nutrisi pada
tanah. Berdasarkan gambar 2. Jumlah tumbuhan yang mendominasi pada setiap
minggu adalah jenis dari famili primulaceae dan euphorbiceae dengan mengalami
peningkatan jumlah individu pada minggu ke-0 sampai minggu ke-4 yaitu berkisar
antara 4-74 individu.
Jumlah tumbuhan yang
rendah adalah famili Palmaceae berjumlah 1-2 individu dalam plot.
Hal ini dapat dilihat pada tabel 2. Banyaknya tanaman primulaceae dan
euphorbiceae, mungkin disebabkan karena jenis tumbuhan ini dapat
mudah untuk didistribusikan sehingga dalam perkembangannya tanaman ini banyak
mendominasi. Tanaman jenis ini tumbuh baik di tempat-tempat yang cukup sinar
matahari dengan suhu berkisar 4-40°C (Resosoedarmo, 1990).
Pengamatan
ini didapatkan sedikitnya jenis tumbuhan Palmaceae, hal ini mungkin disebabkan
karena terjadi kompetisi dengan tumbuhan lain sehingga jenis tumbuhan Palmaceae
yang didapatkan selalu berkurang setiap minggunya. Sedikitnya jenis tumbuahan ini juga mungkin disebabkan
karena kondisi fisik kimia yang tidak mendukung pertumbuhan tanaman tersebut
(Marsono, 1997). Selain suhu dan pH yang mempengaruhi suksesi, hasil pengukuran
faktor kimia fisik juga diperoleh intensitas cahaya matahari pada perlakuan
dibabat 53 lx sedangkan pada perlakuan dibakar 56,2 lx. Cahaya matahari
mempunyai peranan penting bagi tanaman dalam proses fotosintesis dan
pembungaan.
Intensitas
cahaya yang diterima tanaman berpengaruh selama fotosintesis dan akan
dimanfaatkan sebagai sumber energi. Kecepatan angina pada perlakuan dibabat
sebesar 0,65 m/s sedangkan pada perlakuan dibakar sebesar 0,19 m/s. Kecepatan
angin berpengaruh terhadap proses pendistribusian benih yang akan tumbuh dan
mengisi ekosistem tanah. Sehingga tumbuhan yang semula mengalami gangguan
seperti dibabat dan dibakar muncul kembali akibat dari faktor kecepatan angin.
Kelembaban
pada perlakuan dibabat sebesar 54% sedangkan pada perlakuan dibakar sebesar
57%. Hal ini akan mempengaruhi perkecambahan biji tumbuhan sehingga tumbuahan
yang toleran tehadap kelembaban 54-57% maka tumbuhan tersebut yang akan
mendominasi. Suksesi terjadi melalui beberapa tahap yaitu tahap nudasi, invasi,
reaksi, stabilitas dan klimaks. Nudasi adalah proses pembentukan terjadinya
wilayah atau daerah gundul baru. Invasi adalah datangnya atau kemunculan bakal
kehidupan bermacam-macam organisme dari suatu daerah ke daerah yang baru dan
menetap didaerah tersebut. Invasi dikatakan sempurna jika didaerah tersebut
dapat berubah dan terjadi penyesuaian serta agregasi.
Selanjutnya
setiap organisme akan bersaing dan berusaha memodifikasikan lingkungan dalam
wilayahnya agar mereka dapat bertahan hidup (Finnegan, 1996). Tingkat terakhir
dari proses suksesi adalah ketika komunitas tersebut stabil. Sehingga dari
hasil pengamatan, dapat diketahui dari minggu ke 0 - minggu ke 4 pengamatan
selalu mengalami kenaikan atau peningkatan
jumlah individu tetapi mengalami penurunan jenis tumbuhn yang tumbuh. Pengamatan
dalam praktikum menunjukkan adanya proses suksesi. Suksesi ini berlangsung
karena habitat tempat tumbuh-tumbuhan mengalami modifikasi karena beberapa
aktivitas organisme hidup yang mengalami perubahan terhadap tanah, air, kimia
dan lain – lain (Odum, 1992).
KESIMPULAN
Berdasarkan
hasil pengamatan yang dilakukan didapatkan kesimpulan sebagai berikut :
1. Proses
suksesi yang terjadi di lokasi
semanggi 2 ciputat dengan perlakuan vegetasi yang ada dikebun dibabat dan
dibakar selama 4 minggu dengan interval pengamatan setiap 1 minggu. Suksesi
tersebut dapat dikatakan sebagai suksesi sekunder karena sebelumnya sudah
terdapat komunitas yang kemudian terjadi gangguan yaitu gangguan yang
disebabkan vegetasi dibabat dan dibakar
2. Nilai H′ pada perlakuan dibabat dan dibakar dari
minggu ke 0 – minggu ke 4 dimana keanekaragaman jenis tumbuhan tergolong
rendah, dimana keanekaragaman jenis dimana nilai H′ < 1 dan keanekaragaman
jenis tumbuhan sebelumterjadi suksesi dan sesudah terjadi suksesi mengalami
penurunan dari 0.4729 pada minggu ke-0 menjadi sebesar 0,3725 pada minggu ke-4
3.
Nilai H’ pada perlakuan dibakar ini menunjukkan nilai
yang juga tergolong rendah dimana H′ < 1 dan keanekaragaman jenis tumbuhan
sebelum terjadi suksesi dan sesudah terjadi suksesi mengalami penurunan dari 0,7188 pada minggu ke-0
menjadi sebesar 0,3545 pada minggu ke-4
4.
Faktor kimia fisik yang dapat mempengaruhi proses
suksesi diantaranya adalah suhu udara, suhu tanah, kelembaban, pH, terutama arah dan kecepatan angin yang
membantu penyebaran biji, dan intensitas cahaya matahari yang berperan penting
dalam fotosintesis tumbuhan.
UCAPAN
TERIMA KASIH
Saya ucapkan terima kasih kepada laboran yang ada di PLT UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta yang telah menyediakan alat-alat yang dibutuhkan dalam praktikum
dinamika trofik dan biodiversitas komunitas teresterial ini. Tidak lupa juga
saya ucapkan terima kasih kepada Dosen dan Asisten laboratorium yang telah
membimbing saya, sehingga saya dapat menyelesaikan laporan ini.
DAFTAR PUSTAKA
Clements,
F. E. 1936. Structure and Nature of Climax. Journal of Ecology 70:
728-735.
Finnegan
B. 1996. Pattern and process in
neotropical secondary rain forests: The first 100 years of succession. Trends
in Ecology and Evolution 11: 119-24.
Hamzah,
Z. dan A. Anwar. 1979. Pengaruh Konversi Tegakan Dengan Pinus merkusii
Terhadap Komposisi Tumbuhan Bawah. Lembaga Penelitian Hutan. Bogor.
Hartman
K. M. & B. C. McCarthy. 2008. Changes
in forest structure and species composition following invasion by a
non-indigenous shrub, Amur honeysuckle (Lonicera maackii). Journal of the
Torrey Botanical Society 135: 245-59.
Indrawan,
A. 2000. Perkembangan Suksesi Hutan Alam Setelah Penebangan dalam Sistem
TPTI Program Pasca Sarjana IPB. Bogor.
Marsono,
D. 1977. Diskripsi Vegetasi dan Tipe-Tipe
Vegetasi Tropika. Bagian Penerbitan Yayasan Pembina Fakultas Kehutanan
Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.
Odum,
H.T. 1992. Ekologi Sistem Suatu Pengantar. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta
Resosoedarmo,
R. S. 1990. Pengantar Ekologi.
PTRemaja Rosdakarya. Bandung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar