TANAH DAN DEKOMPOSISI
Ade
Puji Setyawati1
1
Mahasiswa Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta
Jl.
Ir. H. Juanda No. 95 Ciputat Telp 021-7401925 Fax 021-7402982
ABSTRACT
Soil is a natural object that is contained in the surface of
the earth's crust composed of mineral materials as a result of weathering of
rocks and organic materials . Litter is an organic material that is capable
broken down by microorganisms and other small organisms . Litter decomposition
rate is influenced by environmental factors , pH , moisture , chemical
composition of litter and soil microorganisms . This lab aims to determine the
structure of the soil , knowing fauna in the soil , knowing the decomposition
process and determine the factors that affect decomposition . Litterbag method
is carried out in practice by introducing fresh litter into the bag nets were
placed on the ground . Percentage damage litter and grass in the shade lower
than the outside shade . Groundwater levels are highest in groups 2 and 3 (
location in the shade ) for respectively 30 % , while the lowest in group 5 (
locations outside shade ) soil water content of 22% .
Key words : Soil, Litter, Decomposition, Grass
ABSTRAK
Tanah adalah suatu benda alami yang terdapat di permukaan
kulit bumi yang tersusun dari bahan mineral sebagai hasil pelapukan bebatuan
dan bahan organik. Serasah
merupakan material organik yang mampu diuraikan oleh mikroorganisme dan
organisme kecil lain. Laju dekomposisi serasah dipengaruhi oleh faktor
lingkungan, pH, kelembaban, komposisi kimia dari serasah dan mikroorganisme
tanah. Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui struktur tanah, mengetahui
fauna yang ada di tanah, mengetahui terjadinya proses dekomposisi dan
mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi dekomposisi. Metode litterbag yang dilakukan dalam praktikum
dengan cara memasukkan serasah yang masih segar kedalam kantong jaring yang
ditempatkan pada tanah. Persentase kerusakan serasah dan
rumput di bawah naungan lebih rendah dibandingkan dengan diluar naungan. Kadar
air tanah yang paling tinggi pada kelompok 2 dan 3 (lokasi di bawah naungan)
sebesar masing-masing 30 %, sedangkan yang paling rendah pada kelompok 5
(lokasi di luar naungan) kadar air tanahnya sebesar 22 %.
kata kunci : Tanah, Serasah, Dekomposisi, Rumput
PENDAHULUAN
Tanah adalah suatu benda alami yang
terdapat di permukaan kulit bumi yang tersusun dari bahan mineral sebagai hasil
pelapukan bebatuan dan bahan organik sebagai hasil pelapukan sisa-sisa tanaman
dan hewan, yang mampu menumbuhkan tanaman, dan memiliki sifat tertentu sebagai
akibat pengaruh iklim, jasad hidup yang bertindak terhadap bahan induk (Sulistiyanto, 2005). Kondisi tanah menentukan jumlah air
yang masuk ke dalam tanah dan mengalir pada permukaan tanah. Jumlah air yang diperoleh tanah
sebagian bergantung pada kemampuan tanah yang menyerap air cepat dan meneruskan
air yang diterima dipermukaan tanah ke bawah. Keberadaan mesofauna
dan makrofauna dalam tanah sangat tergantung pada ketersediaan energi dan
sumber makanan untuk melangsungkan hidupnya, seperti bahan organik dan biomassa
hidup yang seluruhnya berkaitan dengan aliran siklus karbon dalam tanah.
Serasah merupakan material organik yang mampu
diuraikan oleh mikroorganisme dan organisme kecil lain. Material organik
diuraikan oleh mikroorganisme karena berperan sebagai sumber energi dan makanan
bagi mikroorganisme tersebut. Partaya
(2002) mengatakan
bahwa laju dekomposisi serasah berbeda antara satu ekosistem dengan ekosistem lainnya.
Laju dekomposisi serasah dipengaruhi oleh faktor lingkungan, pH, kelembaban,
komposisi kimia dari serasah dan mikro organisme tanah. Dekomposisi merupakan proses yang sangat komplek yang melibatkan
beberapa faktor (Sugiyarto,
2000).
Sampah daun dan kayu yang mencapai
tanah akan membusuk dan secara bertahap akan dimasukkan ke dalam horizon
mineral tanah melalui aktivitas organisme tanah. Proses dekomposisi berjalan
secara bertahap, dimana laju dekomposisi paling cepat terjadi pada minggu
pertama. Hal ini dikarenakan pada serasah yang masih baru masih banyak
persediaan unsur-unsur yang merupakan makanan bagi mikroba tanah atau bagi
organisme pengurai, sehingga serasah cepat hancur (Prescott, 2005). Serasah yang berada pada daerah yang mempunyai jumlah
mikro organisme yang lebih banyak cenderung lebih cepat terdekomposisi
dibanding pada daerah yang mempunyai jumlah mikro organisme sedikit. Tujuan
pada praktikum ini adalah mengetahui struktur tanah, mengetahui fauna yang ada
di tanah, mengetahui terjadinya proses dekomposisi dan mengetahui faktor-faktor
yang mempengaruhi dekomposisi (Sugiyarto, 2000).
METODE PRAKTIKUM
Praktikum
ini dilakukan selama 4 Minggu dimulai dari pada hari Selasa, 1 April 2014
pukul 13.30 – 16.00 WIB sampai 29 April 2014. Di depan Pusat Laboratorium
Terpadu (PLT) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang dibagi lima titik plot pada
masing-masing daerah ada yang dibawah Naungan dan diluar naungan.
Alat-alat
yang digunakan pada praktikum mengenai tanah dan dekomposisi adalah Soil
Tester, Thermometer, Lux meter, mistar, sekop tanah, tali rafia, buku
identifikasi, pinset, plastic/botol sampel, oven, pH meter,
saringan bertingkat, timbangan, kantong sampah (litter bags) dan kuas. Bahan yang digunakan adalah tanah
dari Area tanah depan PLT UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, serasah, rumput dan
fauna tanah.
Pada praktikum kali ini menggunakan metode litterbag, metode ini dilakukan dengan
cara memasukkan serasah yang masih segar kedalam kantong jaring yang
ditempatkan pada tanah. Lokasi praktikum dibagi menjadi 2 bagian yaitu dibawah
naungan dan diluar naungan, setiap lokasi digali 30 cm dan diukur pH dan suhu
tanah dan diambil tanah sebanyak 10 gr kemudian dioven suhu 600C
selama 1 jam lalu tanah disaring dan catat perbedaan tekstur tanah. Serasah
daun dan rumput diambil sebanyak 10 gr dan dicatat persentase kerusakan, dan
timbang kemudian letakan ketempat semula. Diamati dan catat kondisi fisik
serasah dan fauna setiap interval 1 minggu selama 4 minggu.
Analisis Kadar Air Tanah
% Kadar air =
Keterangan :
Mo = Berat massa sebelum
dikeringkan(gr)
Mt = Berat massa setelah dikeringkan
(gr)
HASIL
PRAKTIKUM
Data hasil
praktikum mengenai persentase kerusakan serasah dan rumput hasil dekomposisi dan
biomassa serasah dan rumput dengan lokasi di bawah naungan dan di luar naungan
dengan interval pengamatan setiap 1 minggu selama 4 minggu dapat dilihat dengan
gambar yang disajikan berikut ini :
Gambar 1. Persentase kerusakan di bawah naungan
Berdasarkan
Gambar 1. Persentase kerusakan serasah di bawah naungan yang paling tinggi
kerusakannya pada minggu ke-2 sebesar 8%, sedangkan kerusakan yang paling kecil
pada minggku ke-0 yaitu 2% dan kerusakan rumput yang paling tinggi pada minggu
ke- 2 sebesar 35% dan yang paling rendah minggu ke-0 sebesar 25%.
Gambar 2. Persentase kerusakan di
luar naungan
Berdasarkan
Gambar 2. Persentase kerusakan serasah di luar naungan yang paling tinggi
kerusakannya pada minggu ke-4 sebesar 55%, sedangkan kerusakan yang paling
kecil pada minggku ke-0 yaitu 1% dan kerusakan rumput yang paling tinggi pada
minggu ke- 4 sebesar 77% dan yang paling rendah minggu ke-0 sebesar 0%.
Gambar 3. Biomassa daun di bawah
naungan
Berdasarkan
Gambar 3. Biomassa daun serasah di bawah naungan yang paling tinggi pada minggu
ke-0 sebesar 10 gr, sedangkan yang paling kecil pada minggku ke-1 yaitu 1,6 gr
dan biomassa daun rumput yang paling tinggi pada minggu ke- 2 sebesar 16,7 dan
yang paling rendah minggu ke-0 sebesar 10 gr.
Gambar 4.
Biomassa daun di luar naungan
Berdasarkan
Gambar 4. Biomassa daun serasah di luar naungan yang paling tinggi pada minggu
ke-0 sebesar 10 gr, sedangkan yang paling kecil pada minggku ke-4 yaitu 1,7 gr
dan biomassa daun rumput yang paling tinggi pada minggu ke- 0 sebesar 10 gr dan
yang paling rendah minggu ke-4 sebesar 0,8 gr.
Data kadar
air tanah yang didapat dari tanah depan PLT UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
dapat dilihat pada Tabel. 1 yang disajikan berikut ini :
Tabel 1. Kadar Air Tanah
Kel.
|
Mo(g)
|
Mt(g)
|
Kadar air tanah(%)
|
1
|
5
|
3,6
|
28
|
2
|
5
|
3,5
|
30
|
3
|
5
|
3,5
|
30
|
4
|
5
|
3,6
|
28
|
5
|
5
|
3,9
|
22
|
Berdasarkan
Tabel 1. Kadar air tanah yang paling tinggi pada kelompok 2 dan 3 (lokasi di
bawah naungan) sebesar masing-masing 30 %, sedangkan yang paling rendah pada
kelompok 5 (lokasi di luar naungan) kadar air tanahnya sebesar 22 %.
PEMBAHASAN
Hasil
praktikum mengenai tanah dan dekomposisi didapat persentase kerusakan serasah
di bawah naungan yang paling tinggi kerusakannya pada minggu ke-2 sebesar 8%,
sedangkan kerusakan yang paling kecil pada minggku ke-0 yaitu 2% dan kerusakan
rumput yang paling tinggi pada minggu ke- 2 sebesar 35% dan yang paling rendah
minggu ke-0 sebesar 25%.
Hal ini
disebabkan oleh laju dekomposisi yang terjadi secara bertahap, sesuai dengan
pernyataan Madjid (2007) sampah daun dan kayu
yang mencapai tanah akan membusuk dan secara bertahap akan dimasukkan ke dalam
horizon mineral tanah melalui aktivitas organisme tanah.
Selain itu laju dekomposisi juga dipengaruhi
oleh fauna tanah yang ada di tempat tersebut yang dapat dilihat pada Tabel 2. Berdasarkan
Gambar 1 Dan 2 didapat persentase
kerusakan serasah dan rumput di bawah naungan lebih rendah dibandingkan dengan
diluar naungan. Hal ini dikarenakan pengamatan di bawah naungan terhenti pada
minggu ke-2 yang disebabkan serasah dan rumput tidak sengaja dibakar.
Sehingga
didapat di bawah naungan lebih rendah dari luar naungan yang tidak sesuai
dengan teori yang mengatakan di tempat yang kering atau bukan di bawah
naungan tidak di temukan cacing tanah, karena
tempat kering tidak sesuai dengan habitatnya bahkan tidak ada sisa-sisa
organisme mati sehingga sulit untuk melakukan proses dekomposisi untuk
mendapatkan makanan. Daerah yang tertutupi naungan banyak ditemukan rayap dan
kutu, berlimpahnya jenis ini kemungkinan diakibatkan faktor fisik, kimia dan
biologi yang mendukung kehiduupan dekomposer tersebut (Partaya, 2002).
Biomassa
daun serasah di bawah naungan yang paling tinggi pada minggu ke-0 sebesar 10
gr, sedangkan yang paling kecil pada minggku ke-1 yaitu 1,6 gr dan biomassa
daun rumput yang paling tinggi pada minggu ke- 2 sebesar 16,7 dan yang paling
rendah minggu ke-0 sebesar 10 gr. Hal ini dikarenakan semakin lama maka daun
mengalami pengeringan kadar air dalam daun karena faktor kimia fisik pada Tabel
3.
Sehingga
mempengaruhi biomassa daun tersebut. Namun pada biomassa rumput minggu ke-2
lebih tinggi, hal ini di karenakan saat pengambilan daunnya pada kondisi
setelah hujan, sehingga daun basah dan mempengaruhi berat biomassa rumput
tersebut. Begitu pula pada biomassa serasah dan rumput pada lokasi di luar
naungan minggu ke-2 yang menglami peningkatan pada Gambar 4. Dipengaruhi juga
kondisi faktor kimia fisik.
Berdasarkan
Tabel 1. Kadar air tanah yang paling tinggi pada kelompok 2 dan 3 (lokasi di bawah
naungan) sebesar masing-masing 30 %, sedangkan yang paling rendah pada kelompok
5 (lokasi di luar naungan) kadar air tanahnya sebesar 22 %. Hal ini di
karenakan lokasi dibawah naungan memiliki tingkat kelembaban yang tinggi dari
lokasi di luar naungan.
Jumlah air tanah yang terkandung
dlam pori-pori tanah dalam suatu tanah tertentu. Faktor-faktor yang
mempengaruhi kadar air tanah adalah tekstur tanah, iklim, topografi, adanya
gaya kohesi, adhesi, dan gravitasi.
KESIMPULAN
Persentase
kerusakan serasah dan rumput di bawah naungan lebih rendah dibandingkan dengan
diluar naungan. Serasah yang berada pada daerah yang
mempunyai jumlah mikro organisme yang lebih banyak cenderung lebih cepat
terdekomposisi dibanding pada daerah yang mempunyai jumlah mikro organisme
sedikit. Di tempat kering tidak
sesuai dengan habitatnya bahkan tidak ada sisa-sisa organisme mati sehingga
sulit untuk melakukan proses dekomposisi untuk mendapatkan makanan (Prescott, 2005).
Daerah yang tertutupi naungan banyak ditemukan rayap
dan kutu, berlimpahnya jenis ini kemungkinan diakibatkan faktor fisik, kimia
dan biologi yang mendukung kehiduupan decomposer. Kadar air tanah yang paling tinggi
pada kelompok 2 dan 3 (lokasi di bawah naungan) sebesar masing-masing 30 %,
sedangkan yang paling rendah pada kelompok 5 (lokasi di luar naungan) kadar air
tanahnya sebesar 22 %. Faktor-faktor yang
mempengaruhi kadar air tanah adalah tekstur tanah, iklim, topografi, adanya
gaya kohesi, adhesi, dan gravitasi (Prescott, 2005).
UCAPAN
TERIMA KASIH
Saya ucapkan terima kasih kepada laboran yang ada di PLT UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah menyediakan alat-alat yang dibutuhkan dalam
praktikum tanah dan dekomposisi ini. Tidak lupa juga saya ucapkan terima kasih
kepada Dosen dan Asisten laboratorium yang telah membimbing saya, sehingga saya
dapat menyelesaikan laporan ini.
DAFTAR
PUSTAKA
Brussaard, L. 1998. “Soil fauna, guilds, functional groups, and
ecosystem processes”. Appl. Soil Ecol. 9: 123-136.
Chapin, F. Stuart et al. Principles
of Terrestrial Ecosystem Ecology. 2002. New York: Springer-Verlag.
Madjid, Abdul. 2007. Bahan
Organik Tanah. Universitas Sriwijaya. Palembang.
Martius, C., H. Hofer, M.V.B.
Garcia, J. Rombke & W. Hanagarth. 2003. Litter fall, litter stocks and
decomposition rates in rainforest and agroforestry sites in Central
Amazonia. Nutrient Cycling in Agroecosystem 68: 137-154.
P. Lavelle, L. Brussaard and P.
Hendrix, 1999. Earthworm Management in Tropical Agroecosystems.
CABI Publishing. UK.
Partaya. 2002. “Komunitas fauna
tanah dan analisis bahan organik di TPA kota Semarang”. Seminar Nasional:
Pengembangan Biologi Menjawab Tantangan Kemajuan IPTEK, tanggal 29 April 2002.
Semarang: Universitas Negeri Semarang.
Pleguezuelo, C.R.R., V.H.D. Zuazo, J.L.M.
Fernandes, F.J.M. Peinado & D.F. Tarifa. 2009. Litter decomposition and
nitrogen release in a sloping mediterranean subtropical agroecosystem on the
coast of Granada (SE, Spain): Effect of floristic and topographic
The Ultimate Guide to Roulette - Casino Roll
BalasHapusThe Best 바카라양방 Roulette w88 mobile Sites Compared · 1. Bet365. 9.5/10 · 토토꽁머니 2. 888. 788. 788 Casino. 888. 해외 축구 스코어 788 Casino. 포커 확률 888. 5 Stars. 888. 4 Stars