Jumat, 14 November 2014

TANAH DAN DEKOMPOSISI

TANAH DAN DEKOMPOSISI

Ade Puji Setyawati1
1 Mahasiswa Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Jl. Ir. H. Juanda No. 95 Ciputat Telp 021-7401925 Fax 021-7402982
ABSTRACT
Soil is a natural object that is contained in the surface of the earth's crust composed of mineral materials as a result of weathering of rocks and organic materials . Litter is an organic material that is capable broken down by microorganisms and other small organisms . Litter decomposition rate is influenced by environmental factors , pH , moisture , chemical composition of litter and soil microorganisms . This lab aims to determine the structure of the soil , knowing fauna in the soil , knowing the decomposition process and determine the factors that affect decomposition . Litterbag method is carried out in practice by introducing fresh litter into the bag nets were placed on the ground . Percentage damage litter and grass in the shade lower than the outside shade . Groundwater levels are highest in groups 2 and 3 ( location in the shade ) for respectively 30 % , while the lowest in group 5 ( locations outside shade ) soil water content of 22% .

Key words : Soil, Litter, Decomposition, Grass

ABSTRAK
Tanah adalah suatu benda alami yang terdapat di permukaan kulit bumi yang tersusun dari bahan mineral sebagai hasil pelapukan bebatuan dan bahan organik. Serasah merupakan material organik yang mampu diuraikan oleh mikroorganisme dan organisme kecil lain. Laju dekomposisi serasah dipengaruhi oleh faktor lingkungan, pH, kelembaban, komposisi kimia dari serasah dan mikroorganisme tanah. Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui struktur tanah, mengetahui fauna yang ada di tanah, mengetahui terjadinya proses dekomposisi dan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi dekomposisi. Metode litterbag yang dilakukan dalam praktikum dengan cara memasukkan serasah yang masih segar kedalam kantong jaring yang ditempatkan pada tanah. Persentase kerusakan serasah dan rumput di bawah naungan lebih rendah dibandingkan dengan diluar naungan. Kadar air tanah yang paling tinggi pada kelompok 2 dan 3 (lokasi di bawah naungan) sebesar masing-masing 30 %, sedangkan yang paling rendah pada kelompok 5 (lokasi di luar naungan) kadar air tanahnya sebesar 22 %.

kata kunci : Tanah, Serasah, Dekomposisi, Rumput



PENDAHULUAN
Tanah adalah suatu benda alami yang terdapat di permukaan kulit bumi yang tersusun dari bahan mineral sebagai hasil pelapukan bebatuan dan bahan organik sebagai hasil pelapukan sisa-sisa tanaman dan hewan, yang mampu menumbuhkan tanaman, dan memiliki sifat tertentu sebagai akibat pengaruh iklim, jasad hidup yang bertindak terhadap bahan induk (Sulistiyanto, 2005)Kondisi tanah menentukan jumlah air yang masuk ke dalam tanah dan mengalir pada permukaan tanah. Jumlah air yang diperoleh tanah sebagian bergantung pada kemampuan tanah yang menyerap air cepat dan meneruskan air yang diterima dipermukaan tanah ke bawah. Keberadaan mesofauna dan makrofauna dalam tanah sangat tergantung pada ketersediaan energi dan sumber makanan untuk melangsungkan hidupnya, seperti bahan organik dan biomassa hidup yang seluruhnya berkaitan dengan aliran siklus karbon dalam tanah.
Serasah merupakan material organik yang mampu diuraikan oleh mikroorganisme dan organisme kecil lain. Material organik diuraikan oleh mikroorganisme karena berperan sebagai sumber energi dan makanan bagi mikroorganisme tersebut. Partaya (2002) mengatakan bahwa laju dekomposisi serasah berbeda antara satu ekosistem dengan ekosistem lainnya. Laju dekomposisi serasah dipengaruhi oleh faktor lingkungan, pH, kelembaban, komposisi kimia dari serasah dan mikro organisme tanah. Dekomposisi merupakan proses yang sangat komplek yang melibatkan beberapa faktor (Sugiyarto, 2000).
Sampah daun dan kayu yang mencapai tanah akan membusuk dan secara bertahap akan dimasukkan ke dalam horizon mineral tanah melalui aktivitas organisme tanah. Proses dekomposisi berjalan secara bertahap, dimana laju dekomposisi paling cepat terjadi pada minggu pertama. Hal ini dikarenakan pada serasah yang masih baru masih banyak persediaan unsur-unsur yang merupakan makanan bagi mikroba tanah atau bagi organisme pengurai, sehingga serasah cepat hancur (Prescott, 2005). Serasah yang berada pada daerah yang mempunyai jumlah mikro organisme yang lebih banyak cenderung lebih cepat terdekomposisi dibanding pada daerah yang mempunyai jumlah mikro organisme sedikit. Tujuan pada praktikum ini adalah mengetahui struktur tanah, mengetahui fauna yang ada di tanah, mengetahui terjadinya proses dekomposisi dan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi dekomposisi (Sugiyarto, 2000).

METODE PRAKTIKUM
Praktikum ini dilakukan selama 4 Minggu dimulai dari pada hari  Selasa, 1 April 2014 pukul 13.30 – 16.00 WIB sampai 29 April 2014. Di depan Pusat Laboratorium Terpadu (PLT) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang dibagi lima titik plot pada masing-masing daerah ada yang dibawah Naungan dan diluar naungan.
Alat-alat yang digunakan pada praktikum mengenai tanah dan dekomposisi adalah Soil Tester, Thermometer, Lux meter, mistar, sekop tanah, tali rafia, buku identifikasi, pinset, plastic/botol sampel, oven, pH meter, saringan bertingkat, timbangan, kantong sampah (litter bags) dan kuas. Bahan yang digunakan adalah tanah dari Area tanah depan PLT UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, serasah, rumput dan fauna tanah.
Pada praktikum kali ini menggunakan metode litterbag, metode ini dilakukan dengan cara memasukkan serasah yang masih segar kedalam kantong jaring yang ditempatkan pada tanah. Lokasi praktikum dibagi menjadi 2 bagian yaitu dibawah naungan dan diluar naungan, setiap lokasi digali 30 cm dan diukur pH dan suhu tanah dan diambil tanah sebanyak 10 gr kemudian dioven suhu 600C selama 1 jam lalu tanah disaring dan catat perbedaan tekstur tanah. Serasah daun dan rumput diambil sebanyak 10 gr dan dicatat persentase kerusakan, dan timbang kemudian letakan ketempat semula. Diamati dan catat kondisi fisik serasah dan fauna setiap interval 1 minggu selama 4 minggu.
Analisis Kadar Air Tanah
% Kadar air =
Keterangan :
Mo = Berat massa sebelum dikeringkan(gr)
Mt = Berat massa setelah dikeringkan (gr)
HASIL PRAKTIKUM
Data hasil praktikum mengenai persentase kerusakan serasah dan rumput hasil dekomposisi dan biomassa serasah dan rumput dengan lokasi di bawah naungan dan di luar naungan dengan interval pengamatan setiap 1 minggu selama 4 minggu dapat dilihat dengan gambar yang disajikan berikut ini :

Gambar 1. Persentase kerusakan di bawah naungan

Berdasarkan Gambar 1. Persentase kerusakan serasah di bawah naungan yang paling tinggi kerusakannya pada minggu ke-2 sebesar 8%, sedangkan kerusakan yang paling kecil pada minggku ke-0 yaitu 2% dan kerusakan rumput yang paling tinggi pada minggu ke- 2 sebesar 35% dan yang paling rendah minggu ke-0 sebesar 25%.
Gambar 2. Persentase kerusakan di luar naungan

Berdasarkan Gambar 2. Persentase kerusakan serasah di luar naungan yang paling tinggi kerusakannya pada minggu ke-4 sebesar 55%, sedangkan kerusakan yang paling kecil pada minggku ke-0 yaitu 1% dan kerusakan rumput yang paling tinggi pada minggu ke- 4 sebesar 77% dan yang paling rendah minggu ke-0 sebesar 0%.

Gambar 3. Biomassa daun di bawah naungan

Berdasarkan Gambar 3. Biomassa daun serasah di bawah naungan yang paling tinggi pada minggu ke-0 sebesar 10 gr, sedangkan yang paling kecil pada minggku ke-1 yaitu 1,6 gr dan biomassa daun rumput yang paling tinggi pada minggu ke- 2 sebesar 16,7 dan yang paling rendah minggu ke-0 sebesar 10 gr.

Gambar 4. Biomassa daun di luar naungan
Berdasarkan Gambar 4. Biomassa daun serasah di luar naungan yang paling tinggi pada minggu ke-0 sebesar 10 gr, sedangkan yang paling kecil pada minggku ke-4 yaitu 1,7 gr dan biomassa daun rumput yang paling tinggi pada minggu ke- 0 sebesar 10 gr dan yang paling rendah minggu ke-4 sebesar 0,8 gr.
Data kadar air tanah yang didapat dari tanah depan PLT UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dapat dilihat pada Tabel. 1 yang disajikan berikut ini :

Tabel 1. Kadar Air Tanah
Kel.
Mo(g)
Mt(g)
Kadar air tanah(%)
1
5
3,6
28
2
5
3,5
30
3
5
3,5
30
4
5
3,6
28
5
5
3,9
22

Berdasarkan Tabel 1. Kadar air tanah yang paling tinggi pada kelompok 2 dan 3 (lokasi di bawah naungan) sebesar masing-masing 30 %, sedangkan yang paling rendah pada kelompok 5 (lokasi di luar naungan) kadar air tanahnya sebesar 22 %.
PEMBAHASAN
Hasil praktikum mengenai tanah dan dekomposisi didapat persentase kerusakan serasah di bawah naungan yang paling tinggi kerusakannya pada minggu ke-2 sebesar 8%, sedangkan kerusakan yang paling kecil pada minggku ke-0 yaitu 2% dan kerusakan rumput yang paling tinggi pada minggu ke- 2 sebesar 35% dan yang paling rendah minggu ke-0 sebesar 25%.
Hal ini disebabkan oleh laju dekomposisi yang terjadi secara bertahap, sesuai dengan pernyataan Madjid (2007) sampah daun dan kayu yang mencapai tanah akan membusuk dan secara bertahap akan dimasukkan ke dalam horizon mineral tanah melalui aktivitas organisme tanah.
 Selain itu laju dekomposisi juga dipengaruhi oleh fauna tanah yang ada di tempat tersebut yang dapat dilihat pada Tabel 2. Berdasarkan Gambar 1 Dan 2 didapat persentase kerusakan serasah dan rumput di bawah naungan lebih rendah dibandingkan dengan diluar naungan. Hal ini dikarenakan pengamatan di bawah naungan terhenti pada minggu ke-2 yang disebabkan serasah dan rumput tidak sengaja dibakar.
Sehingga didapat di bawah naungan lebih rendah dari luar naungan yang tidak sesuai dengan teori yang mengatakan di tempat yang  kering atau bukan di bawah naungan tidak di temukan cacing tanah,  karena tempat kering tidak sesuai dengan habitatnya bahkan tidak ada sisa-sisa organisme mati sehingga sulit untuk melakukan proses dekomposisi untuk mendapatkan makanan. Daerah yang tertutupi naungan banyak ditemukan rayap dan kutu, berlimpahnya jenis ini kemungkinan diakibatkan faktor fisik, kimia dan biologi yang mendukung kehiduupan dekomposer tersebut (Partaya, 2002).
Biomassa daun serasah di bawah naungan yang paling tinggi pada minggu ke-0 sebesar 10 gr, sedangkan yang paling kecil pada minggku ke-1 yaitu 1,6 gr dan biomassa daun rumput yang paling tinggi pada minggu ke- 2 sebesar 16,7 dan yang paling rendah minggu ke-0 sebesar 10 gr. Hal ini dikarenakan semakin lama maka daun mengalami pengeringan kadar air dalam daun karena faktor kimia fisik pada Tabel 3.
Sehingga mempengaruhi biomassa daun tersebut. Namun pada biomassa rumput minggu ke-2 lebih tinggi, hal ini di karenakan saat pengambilan daunnya pada kondisi setelah hujan, sehingga daun basah dan mempengaruhi berat biomassa rumput tersebut. Begitu pula pada biomassa serasah dan rumput pada lokasi di luar naungan minggu ke-2 yang menglami peningkatan pada Gambar 4. Dipengaruhi juga kondisi faktor kimia fisik.
Berdasarkan Tabel 1. Kadar air tanah yang paling tinggi pada kelompok 2 dan 3 (lokasi di bawah naungan) sebesar masing-masing 30 %, sedangkan yang paling rendah pada kelompok 5 (lokasi di luar naungan) kadar air tanahnya sebesar 22 %. Hal ini di karenakan lokasi dibawah naungan memiliki tingkat kelembaban yang tinggi dari lokasi di luar naungan.
Jumlah air tanah yang terkandung dlam pori-pori tanah dalam suatu tanah tertentu. Faktor-faktor yang mempengaruhi kadar air tanah adalah tekstur tanah, iklim, topografi, adanya gaya kohesi, adhesi, dan gravitasi.

KESIMPULAN
Persentase kerusakan serasah dan rumput di bawah naungan lebih rendah dibandingkan dengan diluar naungan. Serasah yang berada pada daerah yang mempunyai jumlah mikro organisme yang lebih banyak cenderung lebih cepat terdekomposisi dibanding pada daerah yang mempunyai jumlah mikro organisme sedikit.  Di tempat kering tidak sesuai dengan habitatnya bahkan tidak ada sisa-sisa organisme mati sehingga sulit untuk melakukan proses dekomposisi untuk mendapatkan makanan (Prescott, 2005). 
Daerah yang tertutupi naungan banyak ditemukan rayap dan kutu, berlimpahnya jenis ini kemungkinan diakibatkan faktor fisik, kimia dan biologi yang mendukung kehiduupan decomposer. Kadar air tanah yang paling tinggi pada kelompok 2 dan 3 (lokasi di bawah naungan) sebesar masing-masing 30 %, sedangkan yang paling rendah pada kelompok 5 (lokasi di luar naungan) kadar air tanahnya sebesar 22 %. Faktor-faktor yang mempengaruhi kadar air tanah adalah tekstur tanah, iklim, topografi, adanya gaya kohesi, adhesi, dan gravitasi (Prescott, 2005). 

UCAPAN TERIMA KASIH
Saya ucapkan terima kasih kepada laboran yang ada di PLT UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah menyediakan alat-alat yang dibutuhkan dalam praktikum tanah dan dekomposisi ini. Tidak lupa juga saya ucapkan terima kasih kepada Dosen dan Asisten laboratorium yang telah membimbing saya, sehingga saya dapat menyelesaikan laporan ini.
DAFTAR PUSTAKA
   Brussaard, L. 1998. “Soil fauna, guilds, functional groups, and ecosystem processes”. Appl. Soil Ecol. 9: 123-136.
Chapin, F. Stuart et al. Principles of Terrestrial Ecosystem Ecology. 2002. New York: Springer-Verlag.
Madjid, Abdul. 2007. Bahan Organik Tanah. Universitas Sriwijaya. Palembang.
Martius, C., H. Hofer, M.V.B. Garcia, J. Rombke & W. Hanagarth. 2003. Litter fall, litter stocks and decomposition rates in rainforest and agroforestry sites in Central Amazonia. Nutrient Cycling in Agroecosystem 68: 137-154.
P. Lavelle, L. Brussaard and P. Hendrix, 1999. Earthworm Management in Tropical Agroecosystems. CABI Publishing. UK.
Partaya. 2002. “Komunitas fauna tanah dan analisis bahan organik di TPA kota Semarang”. Seminar Nasional: Pengembangan Biologi Menjawab Tantangan Kemajuan IPTEK, tanggal 29 April 2002. Semarang: Universitas Negeri Semarang.
Pleguezuelo, C.R.R., V.H.D. Zuazo, J.L.M. Fernandes, F.J.M. Peinado & D.F. Tarifa. 2009. Litter decomposition and nitrogen release in a sloping mediterranean subtropical agroecosystem on the coast of Granada (SE, Spain): Effect of floristic and topographic 

1 komentar:

  1. The Ultimate Guide to Roulette - Casino Roll
    The Best 바카라양방 Roulette w88 mobile Sites Compared · 1. Bet365. 9.5/10 · 토토꽁머니 2. 888. 788. 788 Casino. 888. 해외 축구 스코어 788 Casino. 포커 확률 888. 5 Stars. 888. 4 Stars

    BalasHapus